Previous slide
Next slide

Kala Rau

Sang Kala Rau, sala satu raksasa yang diceritakan dalam mitologi Bali. Kala Rau berwujud kepala tanpa Badan. Konon hal ini terjadi dikarenakan Kala Rau hendak mencuri tirta amertha yang ditujukan kepada Bhatara Bhatari, namum Dewi Ratih mengetahuinya dan memberitahukan kepada Dewa Wisnu. Dewa Wisnu yang mengetahui hal itu, langsung mengarahkan cakranya ke leher Kala Rau. Namun tirta amertha sudah melewati leher, sehingga kepala dan leher Kala Rau tetap hidup hingga sekarang. Raksasa berani berjuang hingga rela mengorbankan nyawanya demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Terlebih kita sebagai manusia yang memiliki Tri Premana.

Metadata Ogoh Ogoh

Nama Object : Ogoh Ogoh Sang Kala Rau

Deskripsi Singkat : Sang Kala Rau merupakan makhluk mitologi dalam kepercayaan Umat Hindhu yang dimana kemunculannya ditandai dengan adanya fenomena bulan separuh (Bulan sabit).

Deskripsi Detail : Kisah ini terjadi ketika para raksasa dan para Dewa bekerja sama mengaduk lautan susu untuk mencari “Tirtha Amertha” atau Tirtha Kamandalu. Konon siapa saja yang meminum tirtha itu maka dia akan abadi (tidak bisa mati). Maka setelah tirtha itu didapatkan kemudian dibagi rata. Tugas membagi tirtha adalah Dewa Wisnu yang menyamar menjadi gadis cantik, lemah gemulai. Dalam kesepakatan diatur bahwa para Dewa duduk dibarisan depan sedangkan para Raksasa dibarisan belakang. Syahdan ada Raksasa bernama “Kala Rahu” yang menyusup dibarisan para Dewa, dengan cara merubah wujudnya menjadi Dewa. Namun penyamarannya ini segera diketahui oleh Dewa Candra atau Dewa Bulan. Maka ketika tiba giliran Raksasa Kala Rahu mendapatkan “Tirtha Keabadian”, disitulah Dewa Candra berteriak. “Dia itu bukan Dewa, dia adalah Raksasa Kala Rahu”. Namun sayang tirtha itusudah terlanjur diminum. Maka tak ayal lagi Cakra Dewa Wisnu menebas leher Sang Kala Rahu. Maka demikianlah, karena lehernya sudah tersentuh oleh Tirtha Keabadian, sehingga tidak bersentuh oleh kematian. Wajahnya tetap hidup dan melayang-layang diangkasa. Sedangkan tubuhnya mati, karena belum sempat tersentuh oleh tirtha kamandalu. Sejak saat itu dendamnya terhadap Dewa Bulan tak pernah putus-putus, dia selalu mengincar dan menelan Dewa Bulan pada waktu Purnama. Tapi karena tubuhnya tidak ada maka sang rembulan muncul kembali kepermukaan. Begitulah setiap Sang Kala Rahu menelan Dewa Bulan terjadilah Gerhana. Makna yang terkandung dalam mitos ini adalah, bahwa jika seseorang belum bisa melepaskan sifat-sifat keraksasaannya maka dia belum boleh mendapatkan keabadian. Sang Kala Rahu yang tidak sabar menunggu giliran akhirnya harus kehilangan tubuhnya. Sedangkan Dewa Candra yang menjadi sasaran kemarahan Kala Rahu harus menanggung akibatnya. Dimana jika terjadi gerhana, makadunia akan mengalami bencana atau musibah. Untuk menanggulangi hal seperti ini maka seseorang, diharapkan selalu eling dan waspada. Setelah terjadinya gerhana biasanya orang-orang wikan membuat sesajen tertentu untuk mencegah sebelum bencana itu terjadi. Gerhana lebih banyak disorot oleh para ilmuan modern sebagai peristiwa alam biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan. Namun bagi kalangan para pengamat supranatural dan kebathinan, Gerhana bulan tetap harus diwaspadai. Dengan kata lain hendaknya masyarakat berhati-hati, karena peristiwa-peristiwa buruk sangat rawan terjadi. Terlepas dari mitos atau kepercayaan semacam itu hendaknya sejak dini seseorang sudah menekuni dan memperdalam serta memulai menggembleng dirinya untuk tidak terpengaruh oleh sesuatu yang diluar dugaan. Zaman dulu ketika teknologi tidak secanggih sekarang peristiwa Gerhana Bulan dianggap suatu yang diluar dugaan. Namun kini dengan pesatnya kemajuan dibidang Iptek(Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi) Peristiwa Gerhana sudah bisa diramalkan kemunculannya dan tidak perlu ditakuti.  

Deskripsi Visual : Sang Kala Rau memiliki perawakan menyeramkan. Kala Rau tidak memliki struktur tubuh dan hanya memiliki kepala saja.

Tahun : 2024

Periode : –

Nama: Kala Rau

Negara : Indonesia

Gaya : Arsitektur Bali Asli

Bahan Utama : Besi, Bambu, Anyaman Bambu da  Tanah Liat (Clayy).

Bahan Tambahan : Cat, karton, kain, kayu, lem, tali, koran, kertas coklat, dan tisu.

Teknik Pembuatan : Teknik Ulatan dan Ukiran.

Panjang (meter) : 2,4 m

Lebar (meter) : 2,8 m

Tinggi (meter) : 4,2 m

Kondisi Fisik : Terawat

Tingkat Kerusakan : 20%

Negara Lokasi : Indonesia

Provinsi : Bali

Kota: Badung

Kecamatan : Mengwi

Desa/Kelurahan : Desa Adat Penarungan

Banjar : Banjar Dangin Peken, Penarungan

Alamat : Jl. Raya Puspa Resti, Penarungan, Kec. Mengwi, Kabupaten Badung, Bali 80352.

Pemilik : I Ketut Nuada

Nilai Yang Terdapat Pada Ogoh-Ogoh

Nilai Sejarah : 

Nilai Budaya : 

Nilai Estetika : 

Nilai Ekonomi : 

Scroll to Top