Boma
Diceritakan bahwa Boma adalah putra dari Avatara Varaha hasil hubungan gelapnya dengan Dewi Pertiwi. Hubungan ini terjadi ketika Avatara Varaha bertempur dengan raksasa Hiranyaksa. Setelah Narakāsura mencuri payung dewa Varuṇa, anting-anting Aditi, dan taman bermain para dewa yang dikenal sebagai Maṇi-parvata, Dewa Indra pergi ke Dvārakā dan meceritakan pelanggaran asura tersebut kepada Sri Kṛiṣhṇa. Setelah diberi laporan seperti itu, bersama dengan Ratu Satyabhāmā, Krishna menunggangi Garuḍa, pergi ke ibu kota kerajaan Narakāsura. Di lapangan luar kota Dia memenggal asura Mura dengan cakraNya. Kemudian dia melawan tujuh anak laki-laki Mura dan mengirim mereka semua ke tempat tinggal dewa kematian. Setelah itu Narakāsura sendiri memasuki medan perang diiringi seekor gajah. Narakasura melemparkan tombak saktinya yang mengarah kepada Śrī Kṛṣṇa, namun senjatanya itu tak mampu menyentuh tubuh Krishna. Lalu krishna memenggal seluruh tentara asura itu. Akhirnya, dengan cakraNya yang tajam Kṛṣṇa memotong kepala Narakāsura. Kepala narakasura jatuh ke bumi lengkap dengan anting-anting dan mahkotanya. Ibu bhumi mendengar suara kejatuhan anaknya, lalu pergi ketempat dimana anaknya gugur. Dewi-bumi, Pṛthivī, kemudian mendekati Sri Kṛṣṇa, dan mengembalikan berbagai barang yang telah dicuri Narakāsura. Dia mempersembahkan doa-doa pujian kepada Sri Krishna dan memperlihatkan anak Narakasura yang penuh ketakutan kepada Sri Kṛishna, karena melihat peristiwa tewasnya Narakasura. Setelah menenangkan hati anak asura itu, Kṛṣṇa memasuki istana Narakāsura, di mana Dia menemukan enam belas ribu seratus wanita muda yang ditawan Narakasura . Begitu mereka melihat Sri Krishna, mereka semua memutuskan bersedia untuk menerima Krishna sebagai suami mereka. Sri Krishna mengirim mereka ke Dvārakā untuk ia kawini semua, bersama dengan sejumlah besar harta karun Narakasura. Lalu Ia pergi bersama Ratu Satyabhāmā ke tempat tinggal Indra. Di sana Dia mengembalikan anting-anting Aditi, dan Indra dan istrinya, Śacīdevī. Atas permintaan Satyabhāmā, Sri Kṛiṣhṇa mencabut pohon pārijāta surgawi dan meletakkannya di sandaran Garuḍa. Setelah mengalahkan Indra dan dewa-dewa lainnya yang menentang pengambilan pohon parijata itu, Kṛiṣhna kembali bersama dengan Ratu Satyabhāmā kembali ke Dvārakā, di mana Dia menanam pohon parijata itu di sebuah taman yang berdekatan dengan istana Satyabhāmā.